Senin, 10 Desember 2012

Aliran Konvensional Dalam Pendidikan


BAB I
Pembahasan Masalah

1.1 Aliran Konvensional Dalam Pendidikan
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, pendidikan memiliki nuansa berbeda antara satu era dengan era lain, tempat satu dengan lainnya, sehingga banyak bermunculan pemikiran-pemikiran yang dianggap sebagai penyesuaian proses pendidikan dengan kebutuhan yang diperlukan. Oleh sebab itu, banyak teori yang dikemukakan pada pemikir yang bermuara pada munculnya berbagai aliran pendidikan.Pada setiap aliran pendidikan memiliki pandangan yang berbeda dalam memandang perkembangan manusia.
1.2 Macam-macam Aliran Konvensional Dalam Pendidikan
Aliran ini dibagi menjadi empat aliran, yaitu :                                       
1.2.1        Aliran Empirisme
Kata Empirisme berasal dari kata “empiri” yang berarti pengalaman. Aliran empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan stimulsi eksternal dalam perkembangan manusia dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak dipentingkan. Pengalaman yang diperoleh anak dalam kehidupan sehari-hari didapat dari dunia sekitarnya yang berupa stimulan-stimulan.Stimulasi ini berasal dari alam bebas ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk pendidikan.Tokoh perintisnya adalah John Locke.
Aliran dipelopori oleh John Locke (1632-1704) seorang filsuf berkebangsaan Inggris, yang berpendapat :
1)      Anak lahir di dunia ini seperti kertas kosong atau sebagai meja berlapis lilin yang belum ada tulisan di atasnya.
2)      Anak yang baru lahir tidak membawa potensi/kemampuan.
3)      Perkembangan kepribadian anak sangat ditentukan oleh faktor lingkungan  yang disengaja/dikondisikan dinamakan PENDIDIKAN.

Teorinya disebut Tabula Rasa.Dalam teori ini, perkembangan anak bergantung 100% dari dunia luar yang disebut lingkungan.
Menurut aliran ini, pendidikan adalah Maha Kuasa dalam membentuk anak didik menjadi apa yang diinginkannya. Sedangkan, mendidik adalah membentuk manusia menurut kehendak pendidik.
Aliran empirisme didasarkan atas konsepsi yang menyatakan bahwa perkembangan individu bergantung pada pengalaman-pengalaman yang diperoleh selama hidupnya.Sehingga, Aliran bersikap optimis terhadap hasil pendidikan disebut aliran optimisme dalam pendidikan.
Berdasarkan konsep dasar ini, maka hal yang harus diperhatikan dalam pendidikan adalah :
1)      Pendidikan diberikan seawal mungkin,
2)      Pembiasaan dan latihan lebih penting daripada aturan, nasihat, atau perintah,
3)      Mengamati anak didik secara lebih dekat :
a.       Apa yang paling tepat bagi anak itu sesuai dengan umurnya (tingkat perkembangannya)
b.      Hasrat-hasratnya yang kuat
c.       Kecenderungannya mengikuti orang tua tanpa merusak semangat anak itu
4)      Anak harus dianggap sebagai makhluk rasional
Dalam hal ini, anak harus diberikan alasan tentang hal-hal yang dituntut darinya.
5)      Pelajaran di sekolah jangan sampai menjadi beban.

Misalnya, suatu keluarga kaya raya ingin memaksa anaknya menjadi pelukis.  Segala alat diberikan dan para ahli didatangkan untuk mendidik anak tersebut menjadi pelukis.Akan tetapi gagal karena tidak ada bakat melukis
dalam diri anak tersebut. Akibatnya dalam diri anak akan terjadi konflik, pendidikan mengalami kesukaran dan hasilnya tidak optimal.
Contoh lain yaitu ketika dua anak kembar sejak lahir dipisahkan dan dibesarkan di lingkungan yang berbeda. Satu dari mereka dididik oleh keluarga petani yang miskin di desa dan satu yang lainnya dididik oleh keluarga kaya raya yang tinggal di kota dan disekolahkan di sekolah modern. Hasil pendidikan kedua anak tersebut tidak sama.
Kelebihan aliran empirisme adalah dapat membimbing keluarga atau lingkungan anak untuk menciptakan lingkungan yang mendukung bagi anak sehingga perkembangan anak dapat berjalan dengan baik.4
Kelemahan aliran empirisme adalah hanya mementingkan pengalaman.Sedangkan kemampuan dasar yang dibawa sejak lahir dikesampingkan.Padahal ada anak yang berbakat dan dapat berhasil walaupun lingkungan tidak mendukung.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa keberhasilan belajar peserta didik menurut aliran empirisme ini, adalah lingkungan sekitarnya.Keberhasilan ini disebabkan oleh adanya kemampuan dari pihak pendidik dalam mengajar mereka.
1.2.2        Aliran Nativisme
Aliran nativisme berasal dari kata natus (lahir); nativis (pembawaan) yang ajarannya memandang manusia (anak manusia) sejak lahir telah membawa sesuatu kekuatan yang disebut potensi (dasar).
Aliran Nativisme bertolak dari Leinitzian Tradition yang menekankan kemampuan dalam diri anak.
Hasil perkembangan tersebut ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperoleh sejak kelahiran.Lingkungan kurang berpengaruh terhadap dan pendidikan anak.
Tokoh aliran Nativisme adalah Schopenheuer.Ia adalah filsof Jerman yang hidup pada tahun 1788-1880. Aliran ini berpandangan bahwa perkembangan individu ditentukan oleh faktor bawaan sejak lahir.Faktor lingkungan kurang berpengaruh pada pendidikan dan perkembangan anak.Oleh karena itu, hasil pendidikan ditentukan oleh bakat bawaan anak sejak lahir.Dengan demikian, keberhasilan pendidikan seseorang ditentukan oleh individu itu sendiri.
Nativisme berpendapat, jika anak memiliki bakat jahat sejak lahir maka ia akan menjadi jahat, jika anak memiliki bakat baik sejak lahir maka ia akan menjadi baik. Pendidikan anak yang tidak sesuai dengan bakat yang dibawa tidak akan berguna bagi perkembangan individu itu sendiri.
Pandangan tersebut tidak menyimpang dari kenyataan,misalnya anak mirip orangtuanya secara fisik dan akan mewarisi sifat dan bakat orang tuanya. Prinsipnya, pandangan nativisme adalah pengakuan tentang adanya daya asli yang telah terbentuk sejak manusia lahir ke dunia, yaitu daya-daya psikologis dan fisiologis yang bersifat herediter, serta kemampuan dasar lainnya yang kemampuannya berbeda dalam tiap diri manusia.Ada yang tumbuh dan berkembang sampai pada titik maksimal kemampuannya dan ada pula yang hanya sampai pada titik tertentu. Misalnya seorang anak yang berasal dari orang tua yang ahli seni musik akan berkembang menjadi seniman musik yang mungkin melebihi kemampuan orangtuanya, mungkin juga hanya sampai setengah kemampuan orangtuanya.
1.2.3        Aliran Naturalisme
Aliran ini dipelopori oleh J.J. Rousseau (1712-1778) seorang filsuf bangsa Perancis, yang berpendapat bahwa semua anak adalah baik pada waktu lahir, tetapi menjadi buruk di tangan manusia.Prinsip kembali ke alam menjadi ciri utama aliran naturalisme.Aliran ini meragukan perlunya pendidikan bagi pengembangan bakat dan kemampuan anak.Oleh karena itu aliran ini disebut juga aliran negativisme.Pendidikan lebih baik ditunda daripada mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan pada diri anak didik.
Naturalisme memiliki tiga prinsip tentang proses pembelajaran (M. Arifin dan Aminuddin R., 1992: 9),yaitu :
a)      Anak didik belajar melalui pengalamannya sendiri, kemudian terjadi antara interaksi pengalaman dengan kemampuan pertumbuhan dan perkembangan di dalam dirinya secara alami.
b)      Pendidik hanya menyediakan lingkungan belajar yang menyenangkan. Pendidik berperan sebagai fasilitator atau narasumber yang menyediakan lingkungan yang mampu mendorong keberanian anak didik ke arah pandangan yang positif dan tanggap terhadap kebutuhan untuk memperoleh bimbingan dan sugesti dari pendidik. Tanggungjawab belajar terletak pada diri anak itu sendiri.
c)      Program pendidikan di sekolah harus disesuaikan dengan minat dan bakat yang menyediakan lingkungan belajar yang berorientasi kepada pola belajar anak didik. Anak didik secara bebas diberi kesempatan untuk menciptakan lingkungan belajarnya sendiri sesuai dengan minat dan perhatiannya.
Dengan demikian, aliran naturalisme menitik beratkan pada strategi pembelajaran yang bersifat paedosentris, artinya faktor kemampuan individu anak didik menjadi pusat kegiatan proses belajar mengajar.
1.2.4        Aliran Konvergensi
Aliran konvergensi berasal dari kata konvergen, artinya bersifat menuju satu titik pertemuan.
Aliran ini dipelopori oleh Willian Stern (1871-1939) seorang ahli pendidikan bangsa Jerman, yang berusaha menggabungkan dua aliran yang 180 derajat berlawanan yaitu aliran empirisme dan nativisme. Menurut konsepsi konvergensi baik pembawaan maupun lingkungan kedua-duanya mempunyai pengaruh terhadap perkembangan anak didik.Hasil pendidikan bergantung pada besar kecilnya pembawaan serta situasi lingkungannya. Jika kualitas pembawaan dan/atau lingkungan berubah, maka hasil perkembangan/pendidikan akan berubah pula.
Misalnya, anak yang mempunyai pembawaan baik maka akan berkembangan lebih baik jika didukung oleh lingkungan yang baik pula.
Bakat yang dibawa sejak lahir tidak akan dapat berkembang secara optimal jika tanpa dukungan lingkungan yang sesuai bagi perkembangan bakat itu sendiri. Sebaliknya, lingkungan yang baik tidak akan dapat menghasilkan perkembangan anak secara maksimal jika tidak didukung oleh bakat anak.
Perkembangan manusia bukan hasil dari pembawaan dan lingkungan saja. Manusia tidak hanya diperkembangkan saja tetapi ia memperkembangkan dirinya sendiri. Manusia adalah makhluk yang dapat dan sanggup memilih dan menentukan sesuatu mengenai dirinya dengan bebas. Karena itu ia bertanggungjawab terhadap segala perbuatannya. Ia dapat mengambil keputusan yang berlainan dari apa yang pernah diambilnya.
Jadi, kebanyakan ahli psikologi individual (a.l. Alfred Adler dan Kinkel) lebih menitik beratkan pada pengaruh lingkungan, sedangkan ahli-ahli biologi dan ahli-ahli psikologi yang lain lebih menekankan pada kekuatan / pengaruh pembawaan atau keturunan.

BAB II
PENUTUP

2.1 Kesimpulan

Keberhasilan teori belajar mengajar jika dikaitkan dengan aliran-aliran dalam pendidikan, diketahui beberapa rumusan yang berbeda antara aliran yang satu dengan aliran lainnya.Menurut aliran empirisme bahwa justru lingkungan yang mempengaruhi peserta didik tersebut.Menurut aliran nativisme bahwa seorang peserta tidak dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Menurut aliran naturalisme menitik beratkan pada strategi pembelajaran bahwa kemampuan individu peserta didik menjadi pusat kegiatan proses belajar mengajar. Menurut aliran konvergensi bahwa antara lingkungan dan bakat pada peserta didik yang terbawa sejak lahir saling mempengaruhi.
Ketika aliran-aliran pendidikan, yakni empirisme, nativisme, naturalisme, dan konvergensi, dikaitkan dengan teori belajar mengajar kelihatan bahwa kedua aliran yang telah disebutkan  (nativisme-empirisme) mempunyai kelemahan. Adapun kelemahan empirisme dan nativisme adalah sifatnya yang ekslusif dengan cirinya ekstrim berat sebelah. Sedangkan aliran yang terakhir (konvergensi) pada umumunya diterima seara luas sebagai pandangan yang tepat dalam memahami tumbuh-kembang seorang peserta didik dalam kegiatan belajarnya.



Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Pendidikan
Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar