BAB
I
Pembahasan
Masalah
1.1
Aliran Konvensional Dalam Pendidikan
Sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, pendidikan memiliki nuansa berbeda antara satu era dengan era
lain, tempat satu dengan lainnya, sehingga banyak bermunculan
pemikiran-pemikiran yang dianggap sebagai penyesuaian proses pendidikan dengan
kebutuhan yang diperlukan. Oleh sebab itu, banyak teori yang dikemukakan pada
pemikir yang bermuara pada munculnya berbagai aliran pendidikan.Pada setiap
aliran pendidikan memiliki pandangan yang berbeda dalam memandang perkembangan
manusia.
1.2
Macam-macam Aliran Konvensional Dalam Pendidikan
Aliran
ini dibagi menjadi empat aliran, yaitu :
1.2.1
Aliran
Empirisme
Kata
Empirisme berasal dari kata “empiri”
yang berarti pengalaman. Aliran empirisme bertolak dari Lockean
Tradition yang mementingkan stimulsi eksternal dalam perkembangan
manusia dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan,
sedangkan pembawaan tidak dipentingkan. Pengalaman yang diperoleh anak dalam
kehidupan sehari-hari didapat dari dunia sekitarnya yang berupa
stimulan-stimulan.Stimulasi ini berasal dari alam bebas ataupun diciptakan oleh
orang dewasa dalam bentuk pendidikan.Tokoh perintisnya adalah John Locke.
Aliran
dipelopori oleh John Locke (1632-1704)
seorang filsuf berkebangsaan Inggris, yang berpendapat :
1) Anak
lahir di dunia ini seperti kertas kosong atau sebagai meja berlapis lilin yang
belum ada tulisan di atasnya.
2) Anak
yang baru lahir tidak membawa potensi/kemampuan.
3) Perkembangan
kepribadian anak sangat ditentukan oleh faktor lingkungan yang disengaja/dikondisikan dinamakan
PENDIDIKAN.
Teorinya disebut Tabula
Rasa.Dalam teori ini, perkembangan anak bergantung 100% dari dunia luar
yang disebut lingkungan.
Menurut aliran
ini, pendidikan adalah Maha Kuasa dalam membentuk anak didik menjadi apa yang
diinginkannya. Sedangkan, mendidik adalah membentuk manusia menurut kehendak
pendidik.
Aliran
empirisme didasarkan atas konsepsi yang menyatakan bahwa perkembangan individu
bergantung pada pengalaman-pengalaman yang diperoleh selama hidupnya.Sehingga,
Aliran bersikap optimis terhadap hasil pendidikan disebut aliran optimisme dalam pendidikan.
Berdasarkan
konsep dasar ini, maka hal yang harus diperhatikan dalam pendidikan adalah :
1) Pendidikan
diberikan seawal mungkin,
2) Pembiasaan
dan latihan lebih penting daripada aturan, nasihat, atau perintah,
3) Mengamati
anak didik secara lebih dekat :
a. Apa
yang paling tepat bagi anak itu sesuai dengan umurnya (tingkat perkembangannya)
b. Hasrat-hasratnya
yang kuat
c. Kecenderungannya
mengikuti orang tua tanpa merusak semangat anak itu
4) Anak
harus dianggap sebagai makhluk rasional
Dalam hal ini, anak
harus diberikan alasan tentang hal-hal yang dituntut darinya.
5) Pelajaran
di sekolah jangan sampai menjadi beban.
Misalnya, suatu keluarga kaya raya ingin memaksa
anaknya menjadi pelukis. Segala alat
diberikan dan para ahli didatangkan untuk mendidik anak tersebut menjadi
pelukis.Akan tetapi gagal karena tidak ada bakat melukis
dalam
diri anak tersebut. Akibatnya dalam diri anak akan terjadi konflik, pendidikan
mengalami kesukaran dan hasilnya tidak optimal.
Contoh lain yaitu ketika dua anak kembar
sejak lahir dipisahkan dan dibesarkan di lingkungan yang berbeda. Satu dari
mereka dididik oleh keluarga petani yang miskin di desa dan satu yang lainnya
dididik oleh keluarga kaya raya yang tinggal di kota dan disekolahkan di
sekolah modern. Hasil pendidikan kedua anak tersebut tidak sama.
Kelebihan aliran empirisme adalah dapat membimbing
keluarga atau lingkungan anak untuk menciptakan lingkungan yang mendukung bagi
anak sehingga perkembangan anak dapat berjalan dengan baik.4
Kelemahan aliran empirisme adalah hanya mementingkan
pengalaman.Sedangkan kemampuan dasar yang dibawa sejak lahir dikesampingkan.Padahal
ada anak yang berbakat dan dapat berhasil walaupun lingkungan tidak mendukung.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa keberhasilan
belajar peserta didik menurut aliran empirisme ini, adalah lingkungan
sekitarnya.Keberhasilan ini disebabkan oleh adanya kemampuan dari pihak
pendidik dalam mengajar mereka.
1.2.2
Aliran
Nativisme
Aliran
nativisme berasal dari kata natus
(lahir); nativis (pembawaan) yang
ajarannya memandang manusia (anak manusia) sejak lahir telah membawa sesuatu
kekuatan yang disebut potensi (dasar).
Aliran
Nativisme bertolak dari Leinitzian Tradition yang menekankan
kemampuan dalam diri anak.
Hasil perkembangan
tersebut ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperoleh sejak
kelahiran.Lingkungan kurang berpengaruh terhadap dan pendidikan anak.
Tokoh
aliran Nativisme adalah Schopenheuer.Ia
adalah filsof Jerman yang hidup pada tahun 1788-1880. Aliran ini berpandangan
bahwa perkembangan individu ditentukan oleh faktor bawaan sejak lahir.Faktor
lingkungan kurang berpengaruh pada pendidikan dan perkembangan anak.Oleh karena
itu, hasil pendidikan ditentukan oleh bakat bawaan anak sejak lahir.Dengan
demikian, keberhasilan pendidikan seseorang ditentukan oleh individu itu
sendiri.
Nativisme
berpendapat, jika anak memiliki bakat jahat sejak lahir maka ia akan menjadi
jahat, jika anak memiliki bakat baik sejak lahir maka ia akan menjadi baik.
Pendidikan anak yang tidak sesuai dengan bakat yang dibawa tidak akan berguna
bagi perkembangan individu itu sendiri.
Pandangan
tersebut tidak menyimpang dari kenyataan,misalnya anak mirip orangtuanya secara
fisik dan akan mewarisi sifat dan bakat orang tuanya. Prinsipnya, pandangan
nativisme adalah pengakuan tentang adanya daya asli yang telah terbentuk sejak
manusia lahir ke dunia, yaitu daya-daya psikologis dan fisiologis yang bersifat
herediter, serta kemampuan dasar lainnya yang kemampuannya berbeda dalam tiap
diri manusia.Ada yang tumbuh dan berkembang sampai pada titik maksimal
kemampuannya dan ada pula yang hanya sampai pada titik tertentu. Misalnya
seorang anak yang berasal dari orang tua yang ahli seni musik akan berkembang
menjadi seniman musik yang mungkin melebihi kemampuan orangtuanya, mungkin juga
hanya sampai setengah kemampuan orangtuanya.
1.2.3
Aliran
Naturalisme
Aliran
ini dipelopori oleh J.J. Rousseau
(1712-1778) seorang filsuf bangsa Perancis, yang berpendapat bahwa semua
anak adalah baik pada waktu lahir, tetapi menjadi buruk di tangan
manusia.Prinsip kembali ke alam menjadi ciri utama aliran naturalisme.Aliran
ini meragukan perlunya pendidikan bagi pengembangan bakat dan kemampuan
anak.Oleh karena itu aliran ini disebut juga aliran negativisme.Pendidikan
lebih baik ditunda daripada mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan pada
diri anak didik.
Naturalisme
memiliki tiga prinsip tentang proses pembelajaran (M. Arifin dan Aminuddin R., 1992: 9),yaitu :
a) Anak
didik belajar melalui pengalamannya sendiri, kemudian terjadi antara interaksi
pengalaman dengan kemampuan pertumbuhan dan perkembangan di dalam dirinya
secara alami.
b) Pendidik
hanya menyediakan lingkungan belajar yang menyenangkan. Pendidik berperan
sebagai fasilitator atau narasumber yang menyediakan lingkungan yang mampu
mendorong keberanian anak didik ke arah pandangan yang positif dan tanggap
terhadap kebutuhan untuk memperoleh bimbingan dan sugesti dari pendidik.
Tanggungjawab belajar terletak pada diri anak itu sendiri.
c) Program
pendidikan di sekolah harus disesuaikan dengan minat dan bakat yang menyediakan
lingkungan belajar yang berorientasi kepada pola belajar anak didik. Anak didik
secara bebas diberi kesempatan untuk menciptakan lingkungan belajarnya sendiri
sesuai dengan minat dan perhatiannya.
Dengan demikian, aliran naturalisme menitik beratkan
pada strategi pembelajaran yang bersifat paedosentris,
artinya faktor kemampuan individu anak didik menjadi pusat kegiatan proses
belajar mengajar.
1.2.4
Aliran
Konvergensi
Aliran konvergensi berasal dari kata konvergen, artinya bersifat menuju satu
titik pertemuan.
Aliran ini dipelopori oleh Willian Stern (1871-1939) seorang ahli pendidikan bangsa Jerman,
yang berusaha menggabungkan dua aliran yang 180 derajat berlawanan yaitu aliran
empirisme dan nativisme. Menurut konsepsi konvergensi baik pembawaan maupun
lingkungan kedua-duanya mempunyai pengaruh terhadap perkembangan anak
didik.Hasil pendidikan bergantung pada besar kecilnya pembawaan serta situasi
lingkungannya. Jika kualitas pembawaan dan/atau lingkungan berubah, maka hasil
perkembangan/pendidikan akan berubah pula.
Misalnya, anak yang mempunyai pembawaan baik maka
akan berkembangan lebih baik jika didukung oleh lingkungan yang baik pula.
Bakat yang dibawa sejak lahir tidak akan dapat
berkembang secara optimal jika tanpa dukungan lingkungan yang sesuai bagi
perkembangan bakat itu sendiri. Sebaliknya, lingkungan yang baik tidak akan
dapat menghasilkan perkembangan anak secara maksimal jika tidak didukung oleh
bakat anak.
Perkembangan manusia bukan hasil dari pembawaan dan
lingkungan saja. Manusia tidak hanya diperkembangkan saja tetapi ia
memperkembangkan dirinya sendiri. Manusia adalah makhluk yang dapat dan sanggup
memilih dan menentukan sesuatu mengenai dirinya dengan bebas. Karena itu ia
bertanggungjawab terhadap segala perbuatannya. Ia dapat mengambil keputusan
yang berlainan dari apa yang pernah diambilnya.
Jadi, kebanyakan ahli psikologi
individual (a.l. Alfred Adler dan Kinkel)
lebih menitik beratkan pada pengaruh lingkungan, sedangkan ahli-ahli biologi
dan ahli-ahli psikologi yang lain lebih menekankan pada kekuatan / pengaruh
pembawaan atau keturunan.
BAB
II
PENUTUP
2.1
Kesimpulan
Keberhasilan teori belajar mengajar jika dikaitkan
dengan aliran-aliran dalam pendidikan, diketahui beberapa rumusan yang berbeda
antara aliran yang satu dengan aliran lainnya.Menurut aliran empirisme bahwa
justru lingkungan yang mempengaruhi peserta didik tersebut.Menurut aliran
nativisme bahwa seorang peserta tidak dapat dipengaruhi oleh lingkungan.
Menurut aliran naturalisme menitik beratkan pada strategi pembelajaran bahwa
kemampuan individu peserta didik menjadi pusat kegiatan proses belajar
mengajar. Menurut aliran konvergensi bahwa antara lingkungan dan bakat pada
peserta didik yang terbawa sejak lahir saling mempengaruhi.
Ketika aliran-aliran pendidikan, yakni empirisme,
nativisme, naturalisme, dan konvergensi, dikaitkan dengan teori belajar
mengajar kelihatan bahwa kedua aliran yang telah disebutkan (nativisme-empirisme) mempunyai kelemahan.
Adapun kelemahan empirisme dan nativisme adalah sifatnya yang ekslusif dengan cirinya
ekstrim berat sebelah. Sedangkan aliran yang terakhir (konvergensi) pada
umumunya diterima seara luas sebagai pandangan yang tepat dalam memahami
tumbuh-kembang seorang peserta didik dalam kegiatan belajarnya.
Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Pendidikan
Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar