A.
KEJADIAN
MANUSIA
1.
Pandangan
Saintis
Membahas tentang bio
manusia berarti pula membahas asal usul hidup manusia. Membahas asal usul
manusia berarti membahas awal kejadiannya. Tentang asal-usul kejadian manusia
yang pertama, ada tiga teori yaitu:
a.
Teori
Evolusi
Teori ini dikemukakan
oleh seorang sarjana Perancis J.B. de
Lemarck, yang mengatakan bahwa kehidupan berkembang dari tumbuh-tumbuhan
menuju binatang,dan dari binatang menuju manusia. Pada tahun 1774-1829 belum
banyak dapat perhatian, dan baru mendapat perhatian, dan baru mendapat
tanggapan banyak setelah dipertegas oleh seorang sarjana Inggris, Charles Darwin (1809-1882). Darwin Dalam bukunya The Origin of Species, ia merumuskan
bahwa semua jenis sel binatang berasal dari sel purba. Darwin tidak pernah
mengemukakan bahwa manusia berasal dari kera walaupun taksonomi manusia dan
kera besar berada pada super famili yang sama yaitu homonoidae. Para penganut
teori Darwinlah yang mengemukakan seolah-olah manusia berasal dari kera.Di
Jerman Ernst Heinrich seorang
sarjana Ilmu pengetahuan Alam berpendapat bahwa
sel-sel purba diciptakan oleh Tuhan, akan tetapi tidak dalam penciptaan
sekaligus.
b.
Teori
Revolusi
Revolusi merupakan
kebalikan dari evolusi. Jika evolusi adalah merupakan perkembangan/perubahan
perlahan-lahan dari yang sederhana menjadi sempurna, revolusi adalah perubahan
yang amat cepat bahkan mungkin dari yang sederhana menjadi sempurna, menjadi
ada. Teori ini sebenarnya adalah kata lain untuk menamakan pandangan penciptaan
dengan kuasa Tuhan atas makhlukNya. Di kalangan sebagian umat Islam, terbentuk
opini yang bahkan tidak berlebihan jika dikatakan sebagai keyakinan bahwa
manusia dan juga alam semesta ini tercipta secara cepat oleh kuasa Allah (kun fayakun).
Keyakinan tersebut
merupakan hasil interprestasi ayat-ayat Al-Qur’an dalam surat Al-Baqarah 117,
Ali-Imrah 47 dan 59, Al-An’am 73, An-Nahl 40, dan Surat Yaasin ayat 82.
Ayat-ayat tersebut bisa diterjemahkan dengan ungkapan : “Jadilah maka terjadilah dia”.
Salah satunya surah Al-Baqarah ayat
117 :
Yang
artinya (Allah) pencipta langit dan bumi. Apabila Dia hendak Menetapkan
sesuatu, Dia hanya Berkata kedapadanya, “Jadilah !” Maka jadilah sesuatu itu.
Dari ayat ini dipahami
bahwa Allah swt menciptakan sesuatu dengan tidak mencontoh kepada sesuatu yang
telah ada, tidak menggunakan sesuatu bahan atau alat yang telah ada. Semuanya itu terjadi sesuai
dengan kehendak Allah.
Allah swt. menciptakan sesuatu dengan perkataan "kun" (jadilah). Sedangkan tentang cara Allah mengadakan sesuatu dan bagaimana proses terjadinya sesuatu, ini hanya Allahlah Yang Maha Tahu.
Allah swt. menciptakan sesuatu dengan perkataan "kun" (jadilah). Sedangkan tentang cara Allah mengadakan sesuatu dan bagaimana proses terjadinya sesuatu, ini hanya Allahlah Yang Maha Tahu.
c.
Teori
Evolusi Terbatas
Teori ini merupakan
hasil kompromi dari pihak agama karena alasan-alasan dan pembuktian yang
demikian cemerlang dari pihak sarjana-sarjana penganut teori evolusi. Teori ini
mengakui bahwa tumbuhan-tumbuhan/binatang/manusia selama ribuan dan jutaan
tahun, benar-benar mengalami mutasi (perubahan) yang tidak sedikit. Namun tidak
mengakui adanya penyebrangan antara tingkatan makhluk yang satu menuju
tingkatan makhluk yang lain.
Tidak benar mutasi dari
benda yang tidak berhayat menjadi tumbuh-tumbuhan dan dapat tumbuh-tumbuhan
menjadi binatang dan dari binatang menjadi manusia. Jika ada perubahan maka
perubahan hanya terbatas pada masing-masing tingkatan saja secara horisontal
bukan secara vertikal.
Tiada jalan lain
kecuali membuka diri baik untuk suara ilmu pengetahuan maupun untuk wahyu
Allah. Mengalahkan salah satu untuk meninggikan yang lain hanya akan membawa
kesesatan. Biarpun sebagai kalangan umat Islam mempunyai keyakinan bahwa proses
penciptaan alam dan juga Adam adalah dengan cara revolusi, akan tetapi beberapa
tokoh dan pemikir Islam justru mempunyai interprestasi yang lebih
cenderung pada teori evolusi.
HM.Rasyidi
dalam bukunya Filsafat Agama misalnya menyatakan bahwa : “ Jika kita terima anggapan bahwa manusia juga telah mengalami
evolusi,kita tak dapat mempertahankan kepercayaan keagamaan kita. Tetapi
sesungguhnya persoalanya tak sejauh itu. Andaikata manusia dimasukkan dalam
teori evolusi maka kita dapat memahami teori itu sebagai suatu cara untuk
membuktikan adanya keseragaman dalam alam dan akibatnya menguatkan hypothesis
tentang adanya Tuhan.”
RHA,
Syahirul Alim, cendikiawan Muslim yang ahli Kimia
dari UGM, menyatakan bahwa : “ Teori
evolusi tak perlu dilawan karena memang mempunyai bukti-bukti ilmiah bahwa
adanya peningkatan-peningkatan tertentu (ber-evolusi) pada kerangka-kerangka
makhluk sejenis/mengarah-arah manusia yang ditemukan. Kita harus merasa
terhormat kalau diciptakan dari kera, karena karena kera itu secara kimia,
molekul-molekulnya lebih rendah keteraturannya.”
Bagaimanakah dengan
proses biologis manusia yang sekarang ini? Persoalan tentang proses terjadinya
bio manusia yang sekarang ini tidaklah serumit dan pelik sebagaimana proses kejadian
Adam. Proses kejadian manusia sekarang
yang bisa diamati secara langsung itu ialah melalui pertemuan antara
spermatoza (laki-laki) dengan ovum/sel telur (wanita). Sel telur yang telah
dibuahi,membelah diri menjadi dua sel, empat sel, delapan sel dan seterusnya.
Proses itu berlanjut terus sampai terbentuk janin dalam 14 minggu. Proses
penyempurnaan terus berlangsung selama 40 minggu. Akan tetapi lamanya janin di
dalam kandungan ibu, tidak selalu tepat 40 minggu/280 hari kadang-kadang lebih
kadang-kadang kurang dari itu.
2.
Pandangan
Al-Qur’an
Al-Qur’an tidak
menjelaskan tentang asal usul kejadian manusia secara terinci. Ia hanya
menjelaskannya secara garis besar. Adapun tahapan-tahapan dalam proses
selanjutnya, Al-Qur’an tidak memberitahukannya secara tegas. Ayat-ayat tersebut
dapat dibaca antara lain pada Surat Nuh 17, Ash-Shaffaat 11, Al-Mukminuun 12
& 13, Ar-Rum 20, Ali-Imran 59,Assajdah 7-9, Al-Hajj 5 dsb.
Al Qur’an menjelaskan
asal usul manusia pertama dari tanah; kadang-kadang dengan istilah turab (tanah gemuk/soil) dan kadang pula
dengan istilah thin (lempung), atau
sari pati lempung (min sulalatin min thin)
(QS. 23 : 12-16).
“Dan
sesungguhnya Kami telah menjadikan manusia dari suatu sari pati (berasal) dari
tanah.” (QS. 23 : 12)
“Kemudian
Kami jadikan sari pati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kukuh
(rahim).” (QS. 23 : 13)
“Kemudian
air mani itu Kami jadikan segumpal darah lalu segumpal darah itu Kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu
Kami jadikan tulang belulang, lalu
tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci Allah pencipta yang paling baik.”
(QS. 23 : 15)
“Kemudian
sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati.” (QS.
23 : 16)
“Kemudian,
sesungguhnya kamu sekalian akan di bangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat.” (QS.
23 : 16)
Dari ayat-ayat tersebut kita
memperoleh informasi bahwa :
a. Manusia
pertama diciptakan langsung dari tanah;
b. Keturunannya
diciptakan melalui proses dari sari patih tanah (air mani);
c. Setelah
sempurna kemudian hidup di dunia, mati, dan dibangkitkan (dari kubur) kembali
hidup di akhirat.
Dalam
penciptaanya, manusia dibekali dengan beberapa unsur sebagai kelengkapan dalam menunjang tugasnya. Unsur-unsur tersebut ialah : jasad,
ruh, nafs, aqal, qolb. Jasad adalah bentuk lahiriah manusia, ruh adalah daya
hidup, nafs adalah jiwa, aqal adalah daya fikir, dan qolb adalah daya rasa. Disamping itu
manusia juga disertai dengan sifat-sifat yang negatif seperti lemah, suka
berkeluh kesah, suka berbuat zalim dan ingkar, suka membantah, suka melampaui
batas,suka terburu nafsu dan lain sebagainya.
Al
Qur’an tidak berbicara tentang penciptaan manusia pertama dan siapa manusia
pertama itu, adalah sia-sia jika umat
Islam terlibat dalam perdebatan tentang manusia pertama. Biarkanlah para
saintis berbicara tentang asal usul manusia dengan usaha pembuktian yang
berdasarkan penemuan fosil. Semua itu bersifat sekadar pengayaan sain untuk
menambah wawasan pendekatan diri pada Allah. Hasil pembuktian para saintis itu sendiri
hanya bersifat relatif,yang satu saat akan dapat disanggah kembali.
B.
STATUS
DAN PERAN MANUSIA
1.
Tinjauan
Sosiologis dan Psychologis
Menurut Joseph B. Gitter W.O. Brien , sosiologi
merupakan suatu studi tentang bentuk dan proses kehidupan manusia, Robert W.O. Brien et. al. mengartikan
sosiologi sebagai suatu studi tentang interaksi kemanusiaan dan interaksi
sosial. Individu dalam sikap dan tindak tanduknya mampu mempengaruhi orang
lain/masyarakat, atau kelompok disekitarnya. Namun perlu diperhatikan pula bahwa
individu itu sendiri, disamping dibentuk oleh dirinya sendiri juga merupakan
hasil bentukan dari masyarakat dan lingkungannya dimana ia hidup.
Dalam realitasnya,
tindakan seseorang sangat ditentukan oleh motivasi dan tujuan (goal). Motivasi
merupakan dorongan dari dalam, sedang tujuan merupakan faktor pendorong dari
luar. Faktor pendorong dari luar ini sering lebih dominan pada seseorang,
sehingga mempengaruhi motivasi.
Pada manusia juga
dikenal adanya insting yaitu suatu yang telah ada sejak lahir atau dengan kata
lain, bawaan lahir. Pembinaan terhadap sifat bawaan dilakukan melalui proses
yang dikenal dengan pendidikan.
Pengaruh pembentukan
diri pribadi dapat timbul akibat adanya pembatasan-pembatasan diri, adanya
kebutuhan atau mungkin juga karena suatu harapan. Ketiganya dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan dimana orang itu hidup. Pengalaman masa lampau dan
norma-norma yang ada pada masyarakat lingkungannya juga menyebabkan adanya
pembatasan diri. Realitas faktual dan aktual dalam masyarakat lingkungan
menimbulkan kebutuhan dalam diri, sementara adanya antisipasi dan innovasi
dalam masyarakat, memunculkan harapan-harapan. Kesemuanya pada dasarnya
berujung dalam lahirnya kepribadian seseorang.
Besar kecilnya pengaruh
individu terhadap lingkungannya akan ditentukan oleh status dan peran yang
dimainkan pada masyarakat lingkungannya. Setiap individu mempunyai status dan
peran yang tidak hanya satu macam melainkan multi status. Semua status dan
peran itu harus dilakukan sesuai dengan bidangnya.
2.
Tinjauan
Al Qur’an
Dalam Surat Al Baqarah
ayat 30, status dasar manusia yang dipelopori Adam adalah sebagai khalifah.
Jika khalifah dinyatakan sebagai makhluk pemilih atau penerus ajaran Allah maka
peran yang dilakukan adalah sebagai pelaku ajaran Allah dan sekaligus menjadi
pelopor dalam membudayakan ajaran Allah.
Untuk
menjadi pelaku ajaran Allah, apalagi menjadi pelopor pembudayaan ajaran Allah,
seseorang dituntut untuk memulai dari dirinya dan keluarganya. Peran yang
hendaknya dilakukan oleh seorang khalifah sebagaimana yang telah ditunjuk
Allah, diantaranya :
1.) Belajar
( Surat An Naml ayat 15-16 dan Al Mukmin ayat 54 )
belajar mempelajari ilmu Allah yang
berwujud Al Qur’an dan ciptaannya.
2.) Mengajarkan
Ilmu ( Surat Al Baqarah ayat 31-39 )
Ilmu yang diajarkan oleh khalifatullah
bukanlah ilmu yang dibuatnya sendiri atau ilmu yang dikarang oleh manusia saja,
tetapi ilmu Allah. Pengertian ilmu Allah tidak identik dengan ilmu agama
sehingga dengan demikian tidak akan terbentuk suatu asumsi bahwa yang bukan
ilmu agama adalah bukan ilmu Allah. Ilmu Allah adalah Al Qur’an dan al-Bayan (
ilmu pengetahuan ).
3.) Membudayakan
Ilmu ( Surat Al Mu’min ayat 35 )
Ilmu Allah yang telah diketahui
bukan hanya untuk disampaikan kepada orang lain, melainkan dipergunakan untuk
diri sendirinya dahulu agar membudaya. Seperti apa yang di contohkan oleh Nabi
SAW.
3.
Tanggungjawab
Manusia sebagai Hamba Allah
Hamba
adalah ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan. Ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan
manusia hanya layak diberikan kepada Allah yang dicerminkan dalam ketaatan,
kepatuhan, dan ketundukan pada kebenaran dan keadilan.
Dalam
hubungan dengan Allah, manusia menempati posisi sebagai ciptaan dan Allah
sebagai Pencipta. Posisi ini memiliki konsekuensi adanya keharusan manusia
menghambakan diri pada Allah dan dilarang menghamba pada dirinya, serta
menghamba pada hawa nafsunya. Tanggungjawab hamba Allah adalah menegakkan
keadilan, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap keluarga.
4.
Tanggungjawab
Manusia sebagai Khallifah Allah
Manusia
diserahi tugas hidup yang merupakan amanat Allah dan harus
dipertanggungjawabkan dihadapanNya. Tugas hidup yang dipikul manusia di muka
bumi adalah tugas kekhalifahan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil Allah di muka
bumi, serta pengelolaan dan pemeliharaan alam.
Khalifah
berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan. Manusia menjadi khalifah
memegang mandat Tuhan untuk mewujudkan kemakmuran di muka bumi. Kedudukan
manusia di muka bumi sebagai khalifah dan juga sebagai hamba Allah, bukanlah
dua hal yang bertentangan, melainkan suatu kesatuan yang padu dan tak
terpisahkan, kekhalifahan adalah realisasi dari pengabdiannya kepada Allah yang
menciptakannya
C.
Persamaan
dan Perbedaan Manusia dengan Makhluk lain
Manusia
tidak berbeda dengan binatang dalam kaitan dengan fungsi tubuh dan
fisiologisnya. Fungsi kebinatangan ditentukan oleh naluri, pola-pola tingkah
laku yang khas, yang pada gilirannya ditentukan oleh struktur susunan syaraf
bawaan. Semakin tinggi tingkat perkembangan binatang, semakin fleksibel pola
tindakannya. Namun setinggi-tingginya perkembangan binatang, elemen-elemen
dasar eksistensinya yang tertentu masih tetap sama
Manusia
pada hakekatnya sama saja dengan makhluk hidup lainnya, yaitu memiliki hasrat
dan tujuan. Ia berjuang untuk meraih tujuannya dengan didukung oleh pengetahuan
dan kesadaran. Perbedaan diantara keduanya terletak pada dimensi pengetahuan,
kesadaran, dan tingkat tujuan. Letak perbedaan manusia dengan makhluk lainnya
adalah dalam kemampuannya melahirkan kebudayaan. Kebudayaan hanya manusia saja
yang memilikinya.
Manusia
memiliki kelebihan yaitu kemampuan untuk bergerak dalam ruang yang
bagaimanapun, baik di darat, di laut, dan di udara. Sedangkan binatang hanya
mampu bergerak di ruang yang terbatas. Di samping itu manusia di beri akal dan
hati, sehingga dapat memahami ilmu yang di turunkan Allah, berupa Al-qur’an.
Dengan ilmu manusia mampu berbudaya. Jika manusia hidup dengan ilmu selain ilmu
Allah, maka manusia tidak bermatabat lagi. Dalam keadaan demikian manusia
disamakan dengan binatang.
D.
Tujuan
Penciptaan Manusia
Tujuan
penciptaan manusia adalah untuk menyembah kepada penciptanya, yaitu Allah.
Penyembahan berarti ketundukan manusia pada hukum Allah dalam menjalankan
kehidupan di muka bumi, baik yang menyangkut hubungan manusia dengan Tuhan
maupun hubungan manusia dengan manusia serta hubungan manusia dengan alam
semesta. Penyembahan yang sempurna dari seseorang akan menjadikan dirinya
sebagai khalifah Allah di muka bumi dalam mengelola kehidupan alam semesta.
E.
Kesimpulan
Teori tentang asal usul manusia di kalangan ilmuan
sebenarnya masih belum mencapai kata sepakat
karena hasil pembuktian para ilmuan itu sendiri hanya bersifat
sementara, yang satu saat nanti akan dapat disanggah kembali. Sesungguhnya Al
Qur’an tidak berbicara tentang penciptaan manusia pertama dan siapa manusia
pertama itu, adalah sia-sia jika umat Islam terlibat dalam perdebatan tentang
penciptaan manusia pertama dan siapa manusia pertama. Dan perlu di ingat bahwa
cara Allah mengadakan sesuatu dan bagaimana proses terjadinya sesuatu hanya
Allah Yang Maha Tahu lah yang mengetahuinya secara terperinci. Sebagai makhluk
ciptaan Allah yang paling sempurna hal
yang terpenting dalam hidup manusia adalah manusia menjalankan tugasnya
sebagai khalifah di muka bumi dengan menggunakan Al-Qur’an sebagai penuntunnya
dalam menjalankan tugasnya sebagai khalifah agar selamat di dunia maupun di
akhirat.
Daftar Pustaka :
1.
Buku Islam Universal
2.
Buku Materi
Instruksional Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum, penulis
Direktorat Perguruan Tinggi Islam Departemen Agama RI
3.
Buku Islam dan
Aspek-Aspek Kemasyarakatan penulis Drs. Kaelany HD,M.A.
5.
mhs.blog.ui.ac.id/afif.akbar11/wp.../MAKALAH-AGAMA-1.docx
Mata Kuliah : Pendidikan Agama Islam
Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Jakarta
misi ka, buku islam universal bisa di dapat dimana ya? atau ada Ebooknya? makasih
BalasHapus