Senin, 10 Desember 2012

Hakikat Manusia Menurut Islam


A.    KEJADIAN MANUSIA

1.      Pandangan Saintis
Membahas tentang bio manusia berarti pula membahas asal usul hidup manusia. Membahas asal usul manusia berarti membahas awal kejadiannya. Tentang asal-usul kejadian manusia yang pertama, ada tiga teori yaitu:
a.      Teori Evolusi
Teori ini dikemukakan oleh seorang sarjana Perancis J.B. de Lemarck, yang mengatakan bahwa kehidupan berkembang dari tumbuh-tumbuhan menuju binatang,dan dari binatang menuju manusia. Pada tahun 1774-1829 belum banyak dapat perhatian, dan baru mendapat perhatian, dan baru mendapat tanggapan banyak setelah dipertegas oleh seorang sarjana Inggris, Charles Darwin (1809-1882). Darwin Dalam bukunya The Origin of Species, ia merumuskan bahwa semua jenis sel binatang berasal dari sel purba. Darwin tidak pernah mengemukakan bahwa manusia berasal dari kera walaupun taksonomi manusia dan kera besar berada pada super famili yang sama yaitu homonoidae. Para penganut teori Darwinlah yang mengemukakan seolah-olah manusia berasal dari kera.Di Jerman Ernst Heinrich seorang sarjana Ilmu pengetahuan Alam berpendapat bahwa  sel-sel purba diciptakan oleh Tuhan, akan tetapi tidak dalam penciptaan sekaligus.
b.      Teori Revolusi
Revolusi merupakan kebalikan dari evolusi. Jika evolusi adalah merupakan perkembangan/perubahan perlahan-lahan dari yang sederhana menjadi sempurna, revolusi adalah perubahan yang amat cepat bahkan mungkin dari yang sederhana menjadi sempurna, menjadi ada. Teori ini sebenarnya adalah kata lain untuk menamakan pandangan penciptaan dengan kuasa Tuhan atas makhlukNya. Di kalangan sebagian umat Islam, terbentuk opini yang bahkan tidak berlebihan jika dikatakan sebagai keyakinan bahwa manusia dan juga alam semesta ini tercipta secara cepat oleh kuasa Allah (kun fayakun).
Keyakinan tersebut merupakan hasil interprestasi ayat-ayat Al-Qur’an dalam surat Al-Baqarah 117, Ali-Imrah 47 dan 59, Al-An’am 73, An-Nahl 40, dan Surat Yaasin ayat 82. Ayat-ayat tersebut bisa diterjemahkan dengan ungkapan : “Jadilah maka terjadilah dia”.

Salah satunya surah Al-Baqarah ayat 117 :
Yang artinya (Allah) pencipta langit dan bumi. Apabila Dia hendak Menetapkan sesuatu, Dia hanya Berkata kedapadanya, “Jadilah !” Maka jadilah sesuatu itu.
Dari ayat ini dipahami bahwa Allah swt menciptakan sesuatu dengan tidak mencontoh kepada sesuatu yang telah ada, tidak menggunakan sesuatu bahan atau alat  yang telah ada. Semuanya itu terjadi sesuai dengan kehendak Allah.
            Allah swt. menciptakan sesuatu dengan perkataan "kun" (jadilah). Sedangkan tentang cara Allah mengadakan sesuatu dan bagaimana proses terjadinya sesuatu, ini hanya Allahlah Yang Maha Tahu.
c.       Teori Evolusi Terbatas
Teori ini merupakan hasil kompromi dari pihak agama karena alasan-alasan dan pembuktian yang demikian cemerlang dari pihak sarjana-sarjana penganut teori evolusi. Teori ini mengakui bahwa tumbuhan-tumbuhan/binatang/manusia selama ribuan dan jutaan tahun, benar-benar mengalami mutasi (perubahan) yang tidak sedikit. Namun tidak mengakui adanya penyebrangan antara tingkatan makhluk yang satu menuju tingkatan makhluk yang lain.
Tidak benar mutasi dari benda yang tidak berhayat menjadi tumbuh-tumbuhan dan dapat tumbuh-tumbuhan menjadi binatang dan dari binatang menjadi manusia. Jika ada perubahan maka perubahan hanya terbatas pada masing-masing tingkatan saja secara horisontal bukan secara vertikal.
Tiada jalan lain kecuali membuka diri baik untuk suara ilmu pengetahuan maupun untuk wahyu Allah. Mengalahkan salah satu untuk meninggikan yang lain hanya akan membawa kesesatan. Biarpun sebagai kalangan umat Islam mempunyai keyakinan bahwa proses penciptaan alam dan juga Adam adalah dengan cara revolusi, akan tetapi beberapa tokoh dan pemikir Islam justru mempunyai interprestasi yang lebih cenderung  pada teori evolusi.
HM.Rasyidi dalam bukunya Filsafat Agama misalnya menyatakan bahwa : “ Jika kita terima anggapan bahwa manusia juga telah mengalami evolusi,kita tak dapat mempertahankan kepercayaan keagamaan kita. Tetapi sesungguhnya persoalanya tak sejauh itu. Andaikata manusia dimasukkan dalam teori evolusi maka kita dapat memahami teori itu sebagai suatu cara untuk membuktikan adanya keseragaman dalam alam dan akibatnya menguatkan hypothesis tentang adanya Tuhan.”
RHA, Syahirul Alim, cendikiawan Muslim yang ahli Kimia dari UGM, menyatakan bahwa : “ Teori evolusi tak perlu dilawan karena memang mempunyai bukti-bukti ilmiah bahwa adanya peningkatan-peningkatan tertentu (ber-evolusi) pada kerangka-kerangka makhluk sejenis/mengarah-arah manusia yang ditemukan. Kita harus merasa terhormat kalau diciptakan dari kera, karena karena kera itu secara kimia, molekul-molekulnya lebih rendah keteraturannya.”
Bagaimanakah dengan proses biologis manusia yang sekarang ini? Persoalan tentang proses terjadinya bio manusia yang sekarang ini tidaklah serumit dan pelik sebagaimana proses kejadian Adam. Proses kejadian manusia sekarang  yang bisa diamati secara langsung itu ialah melalui pertemuan antara spermatoza (laki-laki) dengan ovum/sel telur (wanita). Sel telur yang telah dibuahi,membelah diri menjadi dua sel, empat sel, delapan sel dan seterusnya. Proses itu berlanjut terus sampai terbentuk janin dalam 14 minggu. Proses penyempurnaan terus berlangsung selama 40 minggu. Akan tetapi lamanya janin di dalam kandungan ibu, tidak selalu tepat 40 minggu/280 hari kadang-kadang lebih kadang-kadang kurang dari itu.

2.      Pandangan Al-Qur’an
Al-Qur’an tidak menjelaskan tentang asal usul kejadian manusia secara terinci. Ia hanya menjelaskannya secara garis besar. Adapun tahapan-tahapan dalam proses selanjutnya, Al-Qur’an tidak memberitahukannya secara tegas. Ayat-ayat tersebut dapat dibaca antara lain pada Surat Nuh 17, Ash-Shaffaat 11, Al-Mukminuun 12 & 13, Ar-Rum 20, Ali-Imran 59,Assajdah 7-9, Al-Hajj 5 dsb.
Al Qur’an menjelaskan asal usul manusia pertama dari tanah; kadang-kadang dengan istilah turab (tanah gemuk/soil) dan kadang pula dengan istilah thin (lempung), atau sari pati lempung (min sulalatin min thin) (QS. 23 : 12-16).

“Dan sesungguhnya Kami telah menjadikan manusia dari suatu sari pati (berasal) dari tanah.” (QS. 23 : 12)

“Kemudian Kami jadikan sari pati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kukuh (rahim).” (QS. 23 : 13)

“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal  daging itu Kami jadikan  tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci Allah pencipta yang paling baik.” (QS. 23 : 15)

“Kemudian sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati.” (QS. 23 : 16)

“Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan di bangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat.” (QS. 23 : 16)
Dari ayat-ayat tersebut kita memperoleh informasi bahwa :
a.       Manusia pertama diciptakan langsung dari tanah;
b.      Keturunannya diciptakan melalui proses dari sari patih tanah (air mani);
c.       Setelah sempurna kemudian hidup di dunia, mati, dan dibangkitkan (dari kubur) kembali hidup di akhirat.
Dalam penciptaanya, manusia dibekali dengan beberapa unsur  sebagai kelengkapan dalam menunjang  tugasnya. Unsur-unsur tersebut ialah : jasad, ruh, nafs, aqal, qolb. Jasad adalah bentuk lahiriah manusia, ruh adalah daya hidup, nafs adalah jiwa, aqal adalah daya fikir, dan qolb adalah daya rasa. Disamping itu manusia juga disertai dengan sifat-sifat yang negatif seperti lemah, suka berkeluh kesah, suka berbuat zalim dan ingkar, suka membantah, suka melampaui batas,suka terburu nafsu dan lain sebagainya.
Al Qur’an tidak berbicara tentang penciptaan manusia pertama dan siapa manusia pertama itu,  adalah sia-sia jika umat Islam terlibat dalam perdebatan tentang manusia pertama. Biarkanlah para saintis berbicara tentang asal usul manusia dengan usaha pembuktian yang berdasarkan penemuan fosil. Semua itu bersifat sekadar pengayaan sain untuk menambah wawasan pendekatan diri pada Allah. Hasil pembuktian para saintis itu sendiri hanya bersifat relatif,yang satu saat akan dapat disanggah kembali.
B.     STATUS DAN PERAN MANUSIA
1.      Tinjauan Sosiologis dan Psychologis
Menurut Joseph B. Gitter W.O. Brien , sosiologi merupakan suatu studi tentang bentuk dan proses kehidupan manusia, Robert W.O. Brien et. al. mengartikan sosiologi sebagai suatu studi tentang interaksi kemanusiaan dan interaksi sosial. Individu dalam sikap dan tindak tanduknya mampu mempengaruhi orang lain/masyarakat, atau kelompok disekitarnya. Namun perlu diperhatikan pula bahwa individu itu sendiri, disamping dibentuk oleh dirinya sendiri juga merupakan hasil bentukan dari masyarakat dan lingkungannya dimana ia hidup.
Dalam realitasnya, tindakan seseorang sangat ditentukan oleh motivasi dan tujuan (goal). Motivasi merupakan dorongan dari dalam, sedang tujuan merupakan faktor pendorong dari luar. Faktor pendorong dari luar ini sering lebih dominan pada seseorang, sehingga mempengaruhi motivasi.
Pada manusia juga dikenal adanya insting yaitu suatu yang telah ada sejak lahir atau dengan kata lain, bawaan lahir. Pembinaan terhadap sifat bawaan dilakukan melalui proses yang dikenal dengan pendidikan.
Pengaruh pembentukan diri pribadi dapat timbul akibat adanya pembatasan-pembatasan diri, adanya kebutuhan atau mungkin juga karena suatu harapan. Ketiganya dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dimana orang itu hidup. Pengalaman masa lampau dan norma-norma yang ada pada masyarakat lingkungannya juga menyebabkan adanya pembatasan diri. Realitas faktual dan aktual dalam masyarakat lingkungan menimbulkan kebutuhan dalam diri, sementara adanya antisipasi dan innovasi dalam masyarakat, memunculkan harapan-harapan. Kesemuanya pada dasarnya berujung dalam lahirnya kepribadian seseorang.
Besar kecilnya pengaruh individu terhadap lingkungannya akan ditentukan oleh status dan peran yang dimainkan pada masyarakat lingkungannya. Setiap individu mempunyai status dan peran yang tidak hanya satu macam melainkan multi status. Semua status dan peran itu harus dilakukan sesuai dengan bidangnya.

2.      Tinjauan Al Qur’an
Dalam Surat Al Baqarah ayat 30, status dasar manusia yang dipelopori Adam adalah sebagai khalifah. Jika khalifah dinyatakan sebagai makhluk pemilih atau penerus ajaran Allah maka peran yang dilakukan adalah sebagai pelaku ajaran Allah dan sekaligus menjadi pelopor dalam membudayakan ajaran Allah.
Untuk menjadi pelaku ajaran Allah, apalagi menjadi pelopor pembudayaan ajaran Allah, seseorang dituntut untuk memulai dari dirinya dan keluarganya. Peran yang hendaknya dilakukan oleh seorang khalifah sebagaimana yang telah ditunjuk Allah, diantaranya :
1.)    Belajar ( Surat An Naml ayat 15-16 dan Al Mukmin ayat 54 )
belajar mempelajari ilmu Allah yang berwujud Al Qur’an dan ciptaannya.
2.)    Mengajarkan Ilmu ( Surat Al Baqarah ayat 31-39 )
Ilmu yang diajarkan oleh khalifatullah bukanlah ilmu yang dibuatnya sendiri atau ilmu yang dikarang oleh manusia saja, tetapi ilmu Allah. Pengertian ilmu Allah tidak identik dengan ilmu agama sehingga dengan demikian tidak akan terbentuk suatu asumsi bahwa yang bukan ilmu agama adalah bukan ilmu Allah. Ilmu Allah adalah Al Qur’an dan al-Bayan ( ilmu pengetahuan ).
3.)    Membudayakan Ilmu ( Surat Al Mu’min ayat 35 )
Ilmu Allah yang telah diketahui bukan hanya untuk disampaikan kepada orang lain, melainkan dipergunakan untuk diri sendirinya dahulu agar membudaya. Seperti apa yang di contohkan oleh Nabi SAW.

3.      Tanggungjawab Manusia sebagai Hamba Allah
Hamba adalah ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan. Ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan manusia hanya layak diberikan kepada Allah yang dicerminkan dalam ketaatan, kepatuhan, dan ketundukan pada kebenaran dan keadilan.
Dalam hubungan dengan Allah, manusia menempati posisi sebagai ciptaan dan Allah sebagai Pencipta. Posisi ini memiliki konsekuensi adanya keharusan manusia menghambakan diri pada Allah dan dilarang menghamba pada dirinya, serta menghamba pada hawa nafsunya. Tanggungjawab hamba Allah adalah menegakkan keadilan, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap keluarga.
4.      Tanggungjawab Manusia sebagai Khallifah Allah
Manusia diserahi tugas hidup yang merupakan amanat Allah dan harus dipertanggungjawabkan dihadapanNya. Tugas hidup yang dipikul manusia di muka bumi adalah tugas kekhalifahan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil Allah di muka bumi, serta pengelolaan dan pemeliharaan alam.
Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan. Manusia menjadi khalifah memegang mandat Tuhan untuk mewujudkan kemakmuran di muka bumi. Kedudukan manusia di muka bumi sebagai khalifah dan juga sebagai hamba Allah, bukanlah dua hal yang bertentangan, melainkan suatu kesatuan yang padu dan tak terpisahkan, kekhalifahan adalah realisasi dari pengabdiannya kepada Allah yang menciptakannya
           
C.    Persamaan dan Perbedaan Manusia dengan Makhluk lain
Manusia tidak berbeda dengan binatang dalam kaitan dengan fungsi tubuh dan fisiologisnya. Fungsi kebinatangan ditentukan oleh naluri, pola-pola tingkah laku yang khas, yang pada gilirannya ditentukan oleh struktur susunan syaraf bawaan. Semakin tinggi tingkat perkembangan binatang, semakin fleksibel pola tindakannya. Namun setinggi-tingginya perkembangan binatang, elemen-elemen dasar eksistensinya yang tertentu masih tetap sama
Manusia pada hakekatnya sama saja dengan makhluk hidup lainnya, yaitu memiliki hasrat dan tujuan. Ia berjuang untuk meraih tujuannya dengan didukung oleh pengetahuan dan kesadaran. Perbedaan diantara keduanya terletak pada dimensi pengetahuan, kesadaran, dan tingkat tujuan. Letak perbedaan manusia dengan makhluk lainnya adalah dalam kemampuannya melahirkan kebudayaan. Kebudayaan hanya manusia saja yang memilikinya.
Manusia memiliki kelebihan yaitu kemampuan untuk bergerak dalam ruang yang bagaimanapun, baik di darat, di laut, dan di udara. Sedangkan binatang hanya mampu bergerak di ruang yang terbatas. Di samping itu manusia di beri akal dan hati, sehingga dapat memahami ilmu yang di turunkan Allah, berupa Al-qur’an. Dengan ilmu manusia mampu berbudaya. Jika manusia hidup dengan ilmu selain ilmu Allah, maka manusia tidak bermatabat lagi. Dalam keadaan demikian manusia disamakan dengan binatang.

D.    Tujuan Penciptaan Manusia
Tujuan penciptaan manusia adalah untuk menyembah kepada penciptanya, yaitu Allah. Penyembahan berarti ketundukan manusia pada hukum Allah dalam menjalankan kehidupan di muka bumi, baik yang menyangkut hubungan manusia dengan Tuhan maupun hubungan manusia dengan manusia serta hubungan manusia dengan alam semesta. Penyembahan yang sempurna dari seseorang akan menjadikan dirinya sebagai khalifah Allah di muka bumi dalam mengelola kehidupan alam semesta.

E.     Kesimpulan
Teori  tentang asal usul manusia di kalangan ilmuan sebenarnya masih belum mencapai kata sepakat  karena hasil pembuktian para ilmuan itu sendiri hanya bersifat sementara, yang satu saat nanti akan dapat disanggah kembali. Sesungguhnya Al Qur’an tidak berbicara tentang penciptaan manusia pertama dan siapa manusia pertama itu, adalah sia-sia jika umat Islam terlibat dalam perdebatan tentang penciptaan manusia pertama dan siapa manusia pertama. Dan perlu di ingat bahwa cara Allah mengadakan sesuatu dan bagaimana proses terjadinya sesuatu hanya Allah Yang Maha Tahu lah yang mengetahuinya secara terperinci. Sebagai makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna hal  yang terpenting dalam hidup manusia adalah manusia menjalankan tugasnya sebagai khalifah di muka bumi dengan menggunakan Al-Qur’an sebagai penuntunnya dalam menjalankan tugasnya sebagai khalifah agar selamat di dunia maupun di akhirat.
Daftar Pustaka :
1.      Buku  Islam Universal
2.      Buku Materi Instruksional Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum, penulis Direktorat Perguruan Tinggi Islam Departemen Agama RI
3.      Buku Islam dan Aspek-Aspek Kemasyarakatan penulis Drs. Kaelany HD,M.A.
5.      mhs.blog.ui.ac.id/afif.akbar11/wp.../MAKALAH-AGAMA-1.docx


Mata Kuliah : Pendidikan Agama Islam
Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Jakarta

1 komentar:

  1. misi ka, buku islam universal bisa di dapat dimana ya? atau ada Ebooknya? makasih

    BalasHapus