Senin, 10 Desember 2012

Dampak Film Televisi Terhadap Perilaku Siswa


BAB I
PENDAHULUAN
1.1            Latar Belakang
                  Siaran televisi (TV) merupakan medium yang sangat ampuh dalam menyebarluaskan informasi kepada masyarakat luas secara serempak. Siaran televisi telah memungkinkan masyarakat luas dapat dengan cepat dan mudah mengetahui berbagai perkembangan mutakhir yang terjadi di berbagai penjuru dunia. Di zaman globalisasi ini, persaingan antar stasiun televisi semakin ketat. Setiap stasiun berusaha menyajikan acara-acara yang menarik sesuai dengan sasaran bidikannya. Jika dikelompokan berdasarkan kriteria perkembangan usia, ada acara siaran televisi yang ditujukan kepada anak-anak, remaja, dan orang dewasa. Pada makalah ini penulis akan memfokuskan kajian tentang dampak film televisi terhadap perilaku siswa yang dikelompokan pada kriteria anak-anak dan remaja, alasan kami  memfokuskan  anak-anak dan remaja pada kajian ini karena anak-anak dan remaja mempunyai perilaku peniru dan imitatif  yang menonjol . Dampak film televisi terhadap perilaku siswa terbagi menjadi dua yaitu dampak positif dan dampak negatif . Tayangan TV dapat dikatakan berdampak positif pada siswa jika tayangan TV memberikan nilai tambah terhadap perkembangan kebudayaan dan kehidupan beragama masyarakat, dan ilmu pengetahuan, tayangan TV bersifat negatif apabila bertentangan dengan nilai-nilai agama dan budaya masyarakat pemirsa.
1.2            Tujuan Penulisan
ü Agar mahasiswa mengetahui apa dampak positif film televisi terhadap perilaku siswa.
ü Agar mahasiswa mengetahui apa dampak negatif film televisi terhadap perilaku siswa.
ü Agar mahasiswa mengatahui cara untuk meminimalis dampak negatif film televisi terhadap perilaku siswa.
ü Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Teknologi Komunikasi dan Informasi.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Perkembangan Televisi (TV) di Indonesia
Di Indonesia, dunia pertelevisian dimulai dengan berdirinya TVRI (Televisi Republik Indonesia) yang dikelola oleh pemerintah berdiri pada tanggal 24 Agustus 1961. Meskipun waktu itu hanya dengan warna hitam putih, rakyat Indonesia bersyukur dapat menyaksikan acara-acara yang disajikan lewat TV. Kemudian TV berkembang menjadi televisi yang berwarna. Monopoli TVRI ini gugur dengan diresmikannya pendirian stasiun televisi swasta pertama yang berskala nasional pada tahun 1991, yaitu stasiun televisi TPI (Televisi Pendidikan Indonesia). Saat ini stasiun televisi berskala nasional di Indonesia terdapat  11 stasiun televisi, yaitu 10 stasiun televisi swasta diantaranya adalah ANTV, Global TV, Indosiar, Metro TV, TPI/MNCTV, RCTI, SCTV, Trans TV, Trans7, dan tvOne, serta satu stasiun televisi pemerintah yaitu TVRI.
2.2 Siaran Televisi sebagai Kebutuhan Hidup Sehari-hari Masyarakat
Saat ini Televisi sudah menjadi kebutuhan hidup masyarakat. Tidak hanya masyarakat perkotaan, tetapi masyarakat pedesaan. Tidak hanya orang dewasa tetapi juga dibutuhkan oleh anak-anak dan remaja. Tidak hanya masyarakat berpendidikan tinggi tetapi juga dibutuhkan oleh masyarakat yang berpendidikan rendah atau bahkan oleh masyarakat yang buta huruf. Tidak hanya masyarakat berpenghasilan tetap tetapi juga oleh masyarakat yang berpenghasilan tidak tetap. Sekarang ini menonton televisi dapat kita lakukan dimana saja serta menggunakan apa saja tidak harus menggunakan tabung televisi tetapi siaran televisi juga dapat ditonton dari HP yang mempunyai fasilitas untuk menonton TV, dan dapat pula ditonton melalui internet.
2.3 Fungsi/Potensi Siaran Televisi
Dalam menikmati program tayangan televisi, pemirsa mempunyai kebebasan penuh untuk memilih acara yang digemarinya yang ditayangkan melalui berbagai stasiun televisi yang ada. Artinya, setiap pemirsa memiliki kebebasan untuk menentukan fungsi siaran televisi yang mana yang akan dipilih untuk dinikmatinya. Unsur kecenderungan kesukaan atau minat pemirsa ini yang akan menentukan acara-acara televisi yang akan ditontonnya. Pada dasarnya ada 3 fungsi siaran televisi, yaitu informasi, hiburan, dan edukatif.
Ø  Fungsi Siaran Televisi sebagai Media Informasi
Siaran televisi sebagai sumber informasi memungkinkan masyarakat luas mendapatkan berbagai informasi dengan mudah dan cepat mengenai berbagai perkembangan mutakhir yang terjadi di berbagai negara. Program siaran yang bersifat informasi mencakup berita, perkembangan kegiatan politik, data dan kegiatan ekonomi, pesan-pesan ilmiah, perkembangan sosial dan budaya.
Ø  Fungsi Siaran Televisi Sebagai Media Hiburan
Fungsi TV sebagai hiburan tampaknya dirasakan oleh semua lapisan masyarakat, mulai dari anak-anak sampai dengan orang dewasa. Karena itu, masyarakat seringkali tidak merasa telah menghabiskan waktu banyak duduk menonton televisi. Hiburan yang bisa didapatkan berupa film, musik, kuis, olah raga, dan lain-lain.
Ø  Fungsi Televisi Sebagai Media Pendidikan/Pembelajaran
Berbagai stasiun televisi menyatakan telah berperan serta menyelenggarakan siaran televisi untuk kepentingan program pendidikan. Mulai dari acara kuis, pembinaan rohani, pendidikan keluarga, olahraga, masak memasak, pendidikan kesehatan, wira usaha, dan pendidikan politik.
Selain potensi siaran televisi yang dapat menjangkau masyarakat dalam jumlah besar secara serempak dan juga dalam cakupan wilayah yang luas, siaran televisi juga mempunyai potensi, yaitu :
1.      Memperbesar obyek yang sangat kecil bahkan yang tidak tampak secara kasat mata seperti virus atau bakteri
2.      Menyajikan obyek yang terletak jauh sekali (misalnya kawah di bulan)
3.      Menyajikan peristiwa yang rumit, cepat, dan berbahaya (misalnya meletusnya gunung berapi, radiasi nuklir)
Pada saat ini di Indonesia terdapat stasiun televisi yang hanya berfungsi sebagai media pendidikan/pembelajaran yaitu TVE (televisi edukasi). Televisi Edukasi ini di kelola dan di operasionalkan oleh Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan (PUSTEKKOM) di bawah bimbingan Menteri dan Sekretaris Jendral Departemen Pendidikan Nasional.
2.4  Dampak positif dan negatif film televisi terhadap perilaku siswa
Dampak positif  film televisi terhadap perilaku siswa apabila misalnya memberikan nilai tambah terhadap perkembangan kebudayaan dan kehidupan beragama masyarakat pemirsa, dan ilmu pengetahuan. Sebagai contoh adalah anak-anak yang teratur menonton siaran televisi yang menayangkan program pendidikan/pembelajaran, maka anak-anak tersebut akan merasa terbantu atau menjadi lebih mudah mempelajari materi pelajaran yang mereka pelajari di sekolah dan juga lebih cepat memahami materi pelajaran yang di diajarkan guru di sekolah. Dampak positif film terhadap perilaku siswa ini dapat di buktikan dengan hasil penelitian Drs. Safari, M.A. peneliti pendidikan pada Pusat Penilaian Pendidikan, Balitbang Depdiknas, Jakarta. Hasil Penelitian menunjukan
Ø  Film komedi berdampak positif terhadap perilaku siswa. Contohnya:  (1) dapat menghibur, (2) belajar rumor, (3) menambah wawasan, (4) memahami isi cerita, (5) mengurangi stres/refresing, (6) meniru perilaku yang baik.
Ø  Film drama keluarga berdampak positif terhadap perilaku siswa. Contohnya: (1) menghargai orang tua, (2) memanfaatkan pesan baik, (3) mencari idola (4) lebih mengenal kehidupan, (5) menyelesaikan masalah keluarga, (6) membina sikap, (7) belajar memecahkan masalah.
Ø  Film kartun berdampak positif terhadap perilaku siswa. Contohnya: (1) anak terhibur dan senang, (2) banyak sikap yang positif untuk ditiru, (3) lucu, banyak akal sesuai jiwa anak, (4) mendidik sopan santun, (5) banyak menampilkan tokoh yang jujur.
Ø  Film keagamaan berdampak positif terhadap perilaku siswa. Contohnya: (1) mencontoh kegiatan yang positif, (2) menanamkan aqidah atau budi pekerti, (3) meningkatkan ketaqwaan, (4) selalu ingat kepada Tuhan, (5) memberi tuntunan hidup, (6) menambahkan keimanan, (7) mendidik anak tekun berdoa, (8) anak hormat kepada orang tua dan guru.
Dampak negatif film televisi terhadap perilaku siswa apabila bertentangan dengan nilai-nilai agama dan budaya masyarakat pemirsa. Televisi dapat membuat anak-anak menjadi takut dan kemudian mempengaruhi diri mereka untuk “menarik atau melarikan diri” dari kegiatan belajarnya dan juga dapat menimbulkan tingkah laku anak-anak yang kasar-kasar apabila mereka terlalu sering menonton program tayangan televisi yang memperlihatkan prilaku kekerasan, kasar, atau sadis. . Dampak negatif  televisi ini dapat di buktikan dari hasil penelitian Drs. Safari, M.A. Hasil penelitian menunjukan
Ø  Film hantu/horor berdampak negatif terhadap perilaku siswa. Contohnya: (1) menimbulkan rasa takut, (2) dapat meniru karakter yang keliru, (3) sering menakuti orang lain, (4) membodohi anak.
Ø  Iklan dalam film televisi berdampak negatif terhadap perilaku siswa. Contohnya: (1) siswa ingin mencoba, (2) ingin memiliki semua yang di iklankan, (3) mencontoh yang tidak baik, (4) tidak semua produk sesuai dengan kondisi siswa.
2.5  Masyarakat Peduli Siaran Televisi
Televisi sebagai salah satu media massa bersifat netral, artinya ia sangat tergantung kepada manusia pengelolaannya; mau kemana media tersebut di arahkan. Jika ia diisi dan diarahkan untuk tujuan-tujuan positif, maka akan menghasilkan hal-hal yang positif. Agar siswa mendapatkan dampak yang positif dalam menonton televisi diperlukan masyarakat yang peduli dengan siaran televisi, kepedulian ini dapat diwujudkan melalui:
1.      Mendampingi Nonton TV
Ketika anak nonton televisi, tidak ada lagi yang paling ideal adalah orang tua mendampingi dan membimbingnya. Ia dituntut menjelaskan adegan atau tayangan yang ada di layar televisi.
      Orang tua juga perlu memberikan contoh dalam kehidupan sehari-hari yang bisa dimengerti sang anak tentang makna yang terkandung dalam isi cerita/adegan di layar televisi yang ditonton anaknya.
2.      Komunikasi Keluarga
Komunikasi yang berkualitas adalah hubungan keterbukaan dan saling pengertian di antara kedua belah pihak. Salah satu hal penting dalam menjaga kualitas komunikasi adalah diciptakan kemudahan komunikasi antara anak dan orang tua. Jangan sampai anak merasa segan untuk menyampaikan sesuatu/masalah yang dihadapinya. Lebih celaka lagi kalau anak tidak percaya pada orang tua sendiri dan lebih suka mencurahkan masalah dan perasaannya kepada temannya atau orang lain.
3.      Nonton TV seperti Membaca Buku
Memperlakukan televisi juga layaknya seperti membaca buku. Pesawat televisi ditempatkan dalam ruang yang wajar dan cukup penerangan. Kita nonton acara televisi yang sesuai keinginan. Dengan cara ini kita bisa membiasakan kepada anak untuk menonton televisi secara disiplin. Semua ini perlu pembiasaan dan kedisiplinan antara orang tua dan anak.
4.      Keteladanan Orang
Perlu kita pahami bahwa anak cenderung meniru perilaku orang tuanya. Oleh karena itu, kita sebagai orang tua perlu memberikan contoh cara menonton televisi yang baik.
Dengan kata lain, anak menonton televisi karena meniru perilaku orang tuanya. Hal ini berarti sulit bagi orang tua semacam itu untuk membatasi anak nonton televisi, karena memang mereka sendiri adalah contoh bagi anak-anaknya.
5.      Mengkritisi Stasiun TV
Mengajukan usul, saran, atau keberatan terhadap sebuah tayangan televisi perlu dibudayakan.
6.      Boikot Stasiun TV
Protes dari pemirsa televisi terhadap acara yang disiarkan sebuah stasiun televisi. Hal itu adalah wajar. Pemirsa juga berhak untuk menolak atau memboikot tayangan televisi yang menurutnya bisa merugikan, apalagi membahayakan perkembangan mental anak-anaknya.



BAB III
PENUTUP
3.1Kesimpulan
Saat ini televisi sudah menjadi kebutuhan hidup masyarakat. Tidak hanya masyarakat perkotaan tetapi masyarakat pedesaan. Tidak hanya orang dewasa tetapi juga dibutuhkan oleh anak-anak dan remaja. Tidak hanya masyarakat berpendidikan tinggi tetapi juga dibutuhkan oleh masyarakat yang berpendidikan rendah atau bahkan oleh masyarakat yang buta huruf. Tidak hanya masyarakat berpenghasilan tetap tetapi juga oleh masyarakat yang berpenghasilan tidak tetap. Sekarang menonton televisi dapat kita lakukan dimana saja serta menggunakan apa saja, tidak harus menggunakan tabung televisi tetapi siaran televisi juga dapat ditonton dari HP yang mempunyai fasilitas untuk menonton TV, dan dapat pula ditonton melalui internet.
Pada saat ini di Indonesia terdapat stasiun televisi yang hanya berfungsi sebagai media pendidikan/pembelajaran yaitu TVE (televisi edukasi). Televisi edukasi ini dikelola dan dioperasikan oleh Pusat teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan (PUSTEKKOM) di bawah bimbingan Menteri dan Sekretaris Jendral Departemen Pendidikan Nasional.
Dampak Positif film  televisi terhadap perilaku siswa, apabila misalnya memberikan nilai tambah terhadap perkembangan kebudayaan dan kehidupan beragama masyarakat pemirsa dan ilmu pengetahuan.  Sebagai contoh adalah anak-anak yang teratur menonton siaran televisi yang menayangkan program pendidikan maka anak-anak tersebut akan merasa terbantu mempelajari materi pelajaran yang diajarkan guru disekolah.
Dampak Negatif film televisi terhadap perilaku siswa, apabila bertentangan dengan nilai-nilai agama dan budaya masyarakat pemirsa. Televisi dapat membuat anak-anak menjadi takut dan kemudian mempengaruhi diri mereka untuk menarik atau melarikan diri dari kegiatan belajarnya dan juga dapat menimbulkan tingkah laku anak-anak yang kasar apabila mereka terlalu sering menonton program tayangan televisi yang memperlihatkan perilaku kekerasan, kasar atau sadis.

Peduli terhadap siaran TV:
1.      Mendampingi nonton TV
2.      Komunikasi Keluarga
3.      Nonton TV seperti membaca buku
4.      Keteladanan Orang Tua
5.      Mengkritisi Stasiun TV
6.      Boikot Stasiun TV

Daftar Pustaka
Siahaan, Sudirman dkk. 2006. Televisi Pendidikan di Era Global. Jakarta : Seri Pustekkom
http://www.directessays.com


Mata Kuliah : Pengantar Teknologi Komunikasi dan Informasi
Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar